Thursday, October 20, 2016

Sebuah Tempat Dimana Manusia TIdak Pernah Sukses

Setiap langkah akan meninggalkan jejak. Sebuah jejak bukan hanya berarti bekas sepatu atau kaki di tanah yang membekas dengan jelas. Jejak bisa berarti tanda - tanda yang kita tinggalkan, dampak yang menjadi bagian dari tanggung jawab kita. Bisa jadi dari orang - orang yang melihat kita dan meniru sikap kita. Ataupun iri dan dengki yang timbul dari tindakan kita.

Begitulah interaksi antar manusia. Sangat kompleks dan tidak bisa ditebak. Perbuatan baik kita bisa jadi menjadi kemarahan orang lain. Kesuksesan kita bisa jadi menjadi Dendam dan rasa cemburu bagi orang lain juga.

Dari santet, percobaan pembunuhan dan kejahatan yang tidak disengaja karena meledaknya amarah seketika itu juga. Apa sih yang tidak ada di Indonesia?

Ras, adat, warna kulit dan kedaerahan seakan menjadi harga yang tidak bisa di tukar. Ditinggi - tinggikan bagai Tuhan. Bersuara lantang, berkelompok, dan menganggap suara lain tidak berarti. Mereka tahu suara mereka sendiri itu salah dan sumbang. Tapi mereka mencoba membenarkan apa yang mereka lakukan.

Hal - hal ini mempengaruhi diri kita secara tidak langsung. Kadang kita menyalahkan orang lain atas semua hal yang terjadi. Kadang kita tahu kita juga ikut bertanggung jawab karena kesalahan terjadi tapi kita mencoba mengingkarinya. Menyalahkan orang lain jadi jalan satu - satunya agar tidak merasa bersalah. Sebuah hal yang memalukan.

Hidup tidak bisa terjadi seperti bayangan kita. Selalu saja ada faktor X yang ditambahkan. Menjadi penyedap dan kadang jadi terlalu asin. Mungkin kita tidak sadar bahwa kita juga ikut menambahkan faktor X tersebut, saat kita tidak bisa mengontrol diri kita di tengah - tengah cobaan yang ada.

Akan sangat lama sekali cobaan akan berlangsung. Saking lamanya sampai membuat sebagian besar orang kehilangan arah ditengah jalan. Mengingkari dan kemudian mencari jalan baru. Menjalaninya lagi, kemudian kehilangan jalan lagi. Keadaan akan selalu seperti itu, saat kita merasa tidak kuat dengan beratnya tantangan yang ada di depan mata.

Ketika tujuan diputuskan, makadi saat itulah kita kembali lagi melakukan langkah pertama. Setiap langkah akan terasa sakit. Memaksa ego dan akal kita saling beradu opini, saling menyerang. Jika kita tidak bisa mempertahankan keputusan yang kita buat, kita akan kalah. Menangis dalam kesediaan untuk kalah.

Mungkin kita merasa semua sudah terjadi karena takdir, namun semua terjadi karena kita memilih untuk kalah. Kita memilih diam. Kita memilih untuk tidak mendukung tujuan kita. Kita memilih untuk mnyadari kita tidak mampu.

Manusia akan selalu merasakan pahitnya pilihan. Dan banyak yang akan jatuh dalam kekalahan karena mereka memilihnya. Jadi bagaimana kita akan bersikap? saat sebuah masalah berat muncul di hadapan kita pada esok hari.

Hanya sedikit yang menyerah dan lari terbirit - birit minta ampun dan tidak mau mencoba lagi. Lebih sedikit lagi yang mau maju dan mencoba apakah mentalnya sekuat baja. Tapi yang aneh adalah akan ada orang - orang yang tidak mau maju, tapi juga tidak mau menyerah. Sebuah tempat dimana kita akan tersesat dan terus menyalahkan orang lain dan tidak mau menginstropeksi diri. Jadi berhati - hatilah.

No comments:

Post a Comment

Artikel Pilihan

Inspirasi Membuat Blog dari Nol tanpa Pengetahuan tentang Internet

Anda ingin punya blog yang terkenal? punya adsense banyak? ingin cuma tidur-tiduran di rumah dan dapat penghasilan yang banyak? Tidak s...